Monday, July 9, 2012

Masjid Kubah Emas

kubah-emas.jpg
Objek wisata termuda yang saya kunjungi ialah Masjid Dian Al-Mahri di Kawasan Islamic Centre Dian Al-Mahri Jalan Meruyung Desa Limo Cinere Depok. Awalnya, masjid itu dibangun hanya untuk tempat ibadah dan dakwah komunitas yang beraktivitas di lingkungan Islamic Centre Dian Al-Mahri. Namun, kini telah mengalami pergeseran fungsi menjadi salah satu tujuan wisata religi umat Islam. Di kawasan itu telah dibangun gedung serbaguna, rumah singgah, pertokoan, dapur umum, dan sarana lainnya. Pembangunan akan meluas pada bidang pendidikan dengan sarana pendukung lainnya.
Masjid Dian Al-Mahri diresmikan pada 31 Desember 2006. Masjid itu diresmikan oleh pendirinya, Hj Dian Juriah Maimun Al Rasyid dan Drs H Maimun Al Rasyid. Dengan sebutan Masjid Kubah Emas, bangunan itu memang menggunakan bahan emas di tiga bagian. Pertama, serbuk emas (prada) berada di mahkota tiang. Kedua, gold plating yang terdapat pada lampu gantung, railing tangga mezzanine, kaligrafi di pucuk langit-langit kubah, dan hiasan dekoratif di atas mimbar mihrab. Ketiga, gold mozaik solid yang terdapat di kubah utama dan kubah menara.
Masjid seluas 8000 meter persegi itu merupakan bagian dari kawasan Islamic Centre Dian Al-Mahri. Pembangunan masjid dimulai pada April 1999 dengan rancangan yang terbagi atas ruang utama, ruang mezanin, halaman dalam, selasar atas, dan ruang fungsional lainnya. Daya tampung masjid mencapai 15.000 orang untuk pelaksanaan shalat dan 20.000 orang untuk pelaksanaan majelis taklim.
Fokus ketertarikan pengunjung tertuju pada kubahnya yang dibalut mozaik berlapis emas 24 karat didatangkan asli dari Italia. Di sekitar kubah utama terdapat lima kubah kecil yang menandakan Rukun Islam. Konsep seperti itu mengacu pada kubah di masjid-masjid di Persia dan India. Selain itu, langit-langit kubah dibangun sebagai representasi langit. Di langit-langit itu terdapat lukisan langit yang dapat berubah warna sesuai waktu shalat. Misalnya, ketika datang Maghrib, lukisan langit berubah menjadi warna biru tua dengan warna awan abu-abu.
Bagian luar masjid didesain dengan menciptakan skala ruang hadirnya kesejukan dan keteduhan bagi setiap muslim yang bertandang ke sana. Taman-taman mengitari seluruh bagian luar masjid hingga membentuk kesatuan yang mampu menciptakan suasana berbeda di setiap sudut pandangan. Perpaduan tipologi arsitektur masjid dengan ciri keislaman yang sangat kuat akan semakin menghantarkan perasaan setiap orang untuk beribadah dan bersyukur.
Tempat-tempat peribadatan yang menjadi objek wisata ditanggapi oleh Antropolog Ade Makmur Drs. M.Phil. Bukan hal yang luar biasa bila tempat peribadatan menjadi tempat kunjungan wisata, sehingga disebut wisata agama atau wisata rohani.
“Penggabungan ‘wisata’ dengan ‘rohani’ menjadi sebuah istilah wisata rohani bisa saja dilakukan. Orang yang berkunjung ke sana pasti sudah memiliki nuansa ritual keagamaan. Mereka mempunyai ikatan emosional dengan tempat-tempat tersebut. ‘wisata’ dalam kaitan ini adalah justru untuk menambah pencerahan diri,” tutur Ade Makmur.
Wisata rohani yang lebih dikenal justru berada di luar kota metropolitan. Saya sempat menanyakan, “Bagaimana bila cakupannya hanya di DKI Jakarta, yaitu ibukota negara dengan pluralisme beragama?”
Inilah jawabannya, “Dalam konteks kehidupan beragama, untuk Masjid Istiqlal dan Gereja Kathedral yang berada di tempat umum, tidak menjadi masalah bagi penduduk sekitar. Bila adanya gereja atau klenteng di kota-kota kecil mungkin akan menjadi masalah.”
Di kota-kota besar di dunia memang sudah diterapkan paket kunjungan ke tempat peribadatan. Turis yang tidak seagama pun tetap dibiasakan mengikuti peraturan yang berlaku. Tidak menjadi degredesi fungsi bila tempat-tempat tersebut banyak dikunjungi wisatawan. Justru akan menambah fungsi ketika wisatawan melakukan shalat sunnah di masjid sebelum tiba waktu shalat fardhu.

Arti Nisfu Sya'ban

 malam Nisfu Sya'ban, atau malam pertengahan. Penanggalan Qamariyah 1432 Hijriyah, tahun ini menetapkan 1 Ramadan jatuh 1 Agustus 2011. Artinya, shalat tarawih dan sahur 31 Juli, atau 13 hari lagi.

Berikut penjelasan mengenai malam Nisfu Sya'ban serta ibadah apa yang sebaiknya dilakukan di malam ini, seperti dilansir pesantrenvirtual.com:

Berkenaan dengan malam Nisfu (pertengahan) Sya'ban ada beberapa permasalahan yang patut diketahui: Tentang keutamaan malam ini, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih. Diantaranya hadis A'isyah: "Suatu malam rasulullah salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai salat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadis ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.


Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).


Ulama berpendapat bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadis-hadis tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban, dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.


Bagaimana merayakan malam Nisfu Sya'ban? Adalah dengan memperbanyak ibadah dan salat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rasulullah, yaitu dengan secara sendiri-sendiri. Adapun meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan salat malam berjamaah, Rasulullah tidak pernah melakukannya. Sebagian umat Islam juga mengenang malam ini sebagai malam diubahnya kiblat dari masjidil Aqsa ke arah Ka'bah.

Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu Salat Malam Nisfu Sya'ban sebanyak 100 rakaat, ini tidak ada landasannya dan termasuk bid'ah. Syeikh Abdurrahman bin Ismail al-Muqaddisi telah mentahqiq masalah ini. Demikian juga tidak ada do'a khusus untuk malam nisfu Sya'ban, namun cukup dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah. Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih lainnya.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes